SIPHON IRIGASI : PENGERTIAN DAN METODE KONSTRUKSI SIPHON
Siphon Irigasi – Saluran irigasi di Indonesia sangatlah vital penggunaannya untuk kebutuhan masyarakat. Mulai dari pertanian, perikanan, peternakan, hingga kebutuhan rumah tangga. Salah satu cara untuk mengalirkan air agar merata dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas adalah dengan membangun siphon. Fungsinya hampir mirip dengan gorong gorong.
Siphon digunakan sebagai upaya untuk mengalirkan air dari bagian hulu sungai ke bagian hilir dengan debit yang terjaga. Dengan adanya bangunan ini, maka masyarakat di area sekitar sungai tetap merasakan aliran air dengan lebih mudah, tanpa harus menggunakan aliran sungai secara langsung.
Untuk lebih mengenal apa itu siphon dan metode pembuatannya, berikut ini definisi siphon dan metode pemasangan siphon.
Definisi Dari Siphon Irigasi
Siphon merupakan bangunan persilangan yang memotong sungai untuk mengalirkan debit air dari hulu ke bagian hilir sungai. Bangunan ini berupa saluran tertutup yang dibangun di bagian bawah permukaan sungai.
Biasanya bentuknya berupa penampang lingkaran atau juga bisa dalam bentuk segi empat. Konstruksi dalam bentuk lingkaran biasanya dibuat dari buis beton maupun pipa baja, sedangkan untuk bentuk persegi empat berupa bangunan beton bertulang atau box culvert precast.
Penempatan siphon ini berada di bawah dasar sungai. Namun ketika melintasi daerah cekungan bisa ditempatkan di atas permukaan tanah. Letak dari siphon tersebut disesuaikan dengan besarnya debit saluran air sehingga debit air tetap terjaga hingga ke bagian hilir. Pembuatan siphon ini benar-benar dijaga agar tidak terjadi sedimentasi.
Karena itulah saluran air tertutup menjadi pilihan, sehingga meminimalisir adanya sedimentasi. Pencegahan sedimentasi selanjutnya adalah dengan menggunakan pipa rangkap. Jadi, saat debit air di dalam saluran mengecil, salah satu pipa ditutup untuk memperbesar debit air yang mampu meminimalisir terjadinya sedimentasi di dalam saluran.
Debit air yang digunakan dalam saluran ini memiliki besaran antara 1m/dt hingga 1,5 m/dt. Batas maksimum kecepatannya harus tidak lebih dari 3 m/dt, karena akan berpengaruh pada ketahanan saluran siphon tersebut. Selain agar tidak terjadi sedimentasi, besaran debit air tersebut juga untuk menjaga keseimbangan energi dan kecepatan aliran debit air dalam siphon.
Biasanya penempatan siphon ini berada pada sungai dengan lokasi yang memiliki bentang paling kecil. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya konstruksi dan juga kehilangan energi aliran di dalam saluran. Atas lubang pipa siphon juga harus berada di bawah permukaan air normal. Hal ini akan mengurangi kemungkinan masuknya udara ke dalam saluran.
Dalam merencanakan pembuatan siphon beberapa hal harus dipertimbangkan. Khususnya untuk siphon yang melintasi dasar sungai.
- Siphon harus bisa bertahan saat kondisi saluran tanpa air. Artinya jika sewaktu-waktu air datang kembali, secara otomatis siphon bisa bekerja dengan normal dan langsung bisa mengalirkan air kembali. Caranya adalah dengan menahan gaya uplift, yaitu gaya tekanan hidrostatis yang menekan ke bagian atas. Satunya lagi adalah gaya penahan yang mengarah ke bagian bawah siphon. Sehingga ketika dua gaya ini seimbang, maka siphon bisa tetap berada pada kondisi normal.
- Posisi siphon harus sesuai dengan kedalaman sungai. Artinya siphon tidak terganggu oleh kondisi permukaan dasar sungai yang membuat saluran bisa terkikis. Terletak horisontal di bagian tengah sungai, kemudian miring di bagian lereng sungai, dan juga ada lapisan penutup berupa pasangan gabion atau bronjong.
- Pembuatan siphon juga harus memperhatikan energi aliran air di dalam saluran. Sehingga harus berada di sungai dengan bentang terpendek dan meminimalisir belokan pada setiap konstruksi siphon.
Cara Pembuatan Siphon
Dalam metode pembuatan siphon ini biasanya dilakukan dengan diversion chanel (saluran pengelak) atau diversion tunnel (terowongan pengelak) dan juga dewatering. Pada metode pertama dilakukan pengalihan aliran sungai berupa saluran pengelak yang terbuka, atau juga bisa digunakan saluran pengelak tertutup.
Sebelum membuat saluran tersebut dibuat cofferdam (tanggul penahan) untuk membatasi aliran air agar tidak mengganggu lokasi diversion tersebut. Saluran-saluran ini digunakan untuk mengalihkan aliran sungai, sehingga pengerjaan siphon bisa dilakukan dengan mudah tanpa harus mengganggu debit aliran sungai.
Sedangkan untuk dewatering merupakan sebuah metode yang digunakan untuk pembuatan siphon saat sungai sedang kosong. Biasanya pengerjaan dewatering ini dilakukan pada musim kemarau, sehingga aliran sungai bisa jadi sangat kecil, atau juga kosong sama sekali. Metode dewatering ini sering dilakukan karena biayanya relatif lebih kecil daripada metode lainnya.
Lihat Juga: Jenis-jenis Dinding Batu Alam
Itulah konstruksi pembuatan siphon yang digunakan untuk memperluas saluran irigasi. Sehingga masyarakat bisa mendapat air lebih mudah dan lebih efektif.